" "

JUNIANTON.COM

Privilege & The Psychology

Akhir-akhir ini privilege menjadi sebuah pembahasan yang hot dikalangan netizen. Banyak yang yakin, punya privilege menjadi cheat code untuk mencapai sukses dengan mudah. Sebaliknya bagi orang yang underprivilege, kesempatan menjadi sukses menjadi sangat minim. Banyak sekali yang membahas tentang mengapa anak berprivilege bisa lebih gampang sukses serta memberikan contoh-contoh orangnya dengan background keluarga bapak ibu serta koneksi koneksinya. Tapi saya belum menemukan ada yang membahas psikologi dibalik faktor privilege ini.

Saya ingin mulai pembahasan ini dengan 3 pertanyaan:

  1. Apakah privilege selalu menjadikan seseorang pasti sukses?
  2. Sebaliknya pernahkah kamu ketemu anak orang miskin, tetapi bisa menjadi orang yang sangat kaya? Sebutkan kalau kamu tahu.
  3. Pernahkah kamu ketemu anak orang kaya, tetapi bangun bisnis gagal, habisin uang keluarga, bahkan bikin keluarga bangkrut? Kalau ini simpan dalam hati aja, jangan buka aib.

Sebelum lanjut lebih dalam, kita wajib menyamakan persepsi terlebih dahulu soal arti privilege. Bagi saya privilege dalam konteks pembahasan ini berarti born with a silver spoon in your mouth. Dimana seseorang terlahir dari keluarga kaya (lebih dari cukup) tanpa mengkhawatirkan masalah keuangan serta memiliki koneksi kesempatan yang lebih unggul dari orang awam. Sederhananya ya orang kaya.

Secara statistik memang terbukti anak orang kaya punya kesempatan sukses lebih tinggi, dibanding anak orang yang tidak kaya. Mereka yang kaya memiliki modal untuk masuk ke sekolah lebih berkualitas, hubungan pertemanan yang selevel bahkan lebih, serta tidak banyak memiliki masalah dengan hal yang berhubungan dengan uang.

Sebaliknya, anak orang tidak kaya, memiliki lebih banyak hambatan. Mau masuk sekolah lebih baik terkendala uang. Makan lebih bergizi, tunjangan vitamin terkendala uang. Mau les ini itu, terkendala uang. Belum lagi masalah yang dibahas dalam keluarga cenderung seputar uang dan uang.

Hal itu yang secara kasat mata dilihat oleh banyak orang. Tapi ada hal dibalik uang yang lebih menentukan apakah orang punya privilege lebih mudah sukses? dan apakah orang underprivilege sama sekali tidak bisa sukses?

Jawabannya adalah belief (kepercayaan) dan value (nilai hidup) yang dimiliki orang itu.

“Belief/value adalah program yang menjalankan komputer mental (pikiran bawah sadar). Kepercayaan (belief) dan nilai hidup (value) sifatnya sangat personal dan selalu benar menurut individu.”, (Gunawan, 2015). Belief di sini bukan berarti kepercayaan bersifat agama. Tapi kepercayaan secara general dalam hidup. Contohnya saya percaya saya bisa sukses. Hal ini tidak benar atau salah. Hanya sesuatu yang kita yakini. Value adalah nilai hidup yang dipegang oleh individu. Contohnya saya ingin sukses membantu banyak orang. Tidak yang benar atau salah, hal itu hanyalah sebuah nilai yang dipegang oleh individu.

Lalu apa kaitannya belief dan value ini dengan privilege dan kesuksesan seseorang?

Belief dan value ini tertanam dan mengakar kuat dalam setiap manusia. Belief dan value ini akan mempengaruhi kehidupan seseorang. Kalau bisa saya jabarkan menjadi sebuah rumus, jadinya seperti ini:

Privilege / Not > belief dan value mendukung > sukses
Privilege / Not > belief dan value tidak mendukung > gagal

Rumus ini bisa menjawab mengapa anak orang berprivilege masih bisa gagal. Saya pernah ketemu anak orang kaya, yang berhasil membuat keluarganya bangkrut karena punya belief dan value yang salah. Sejak kecil anak ini merasa kurang perhatian akhirnya menghabiskan uang orangtua sebagai pengganti rasa kasih sayang. Lalu, ah ceritanya panjang, tapi poinnya bisa jabarkan seperti ini:

Orangtua sibuk kerja > anak tidak diperhatikan > anak kurang kasih sayang > anak cari kasih sayang > orangtua memanjakannya dengan uang karena merasa bersalah > anak merasa uang menggantikan kasih sayang > anak menghamburkan uang untuk memenuhi kasih sayang dalam dirinya sampai dia dewasa > orangtua gak bisa menghasilkan uang karena berumur > anak tidak bisa mempertahankan dan mengembangkan kekayaan orangtua > bangkrut sekeluarga.

Jadi anak orang kaya dan punya privilege belum tentu bisa tetap sukses dan kaya. Apabila belief dan valuenya tidak mendukung dirinya untuk mencapai kesuksesan. Sebaliknya anak yang underprivilege bisa berubah menjadi sukses, karena dalam dirinya memiliki belief dan value yang mendukung.

Jika ada yang merasa punya belief dan value yang salah tentang hidup, sukses atau uang. Masih bisa diubah, bagaimana caranya?

Saya punya program seminar bernama… Hahaha… Just kidding.

Baca buku The Secret of Mindset punya Adi W. Gunawan. Tulisan ini saya buat berdasarkan pemahaman saya membaca buku dan ikut training beliau. Semoga bermanfaat!

Image source: http://www.coppolacomment.com/2016/09/are-inheritance-taxes-unfair.html

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X